Dalam kegiatan atau aktifitas logistik, salah satu komponen pembentuknya adalah menentukan tingkat persediaan yang ekonomis. Begitu banyak teori yang diangkat termasuk EOQ, Forecasting, Reorder Point, dan lainnya. Seperti pengamatan sekitar dan penggunaan di lapangan, digabungkan dengan sedikit pengetahuan mengenai beberapa teori. Pertanyaan adalah apakah di suatu perusahaan tingkat persediaan yang ekonomis adalah sama dengan rumus EOQ, Reorder Point, Forecasting atau rumus lainnya?
EOQ memiliki syarat Harga barang per unit konstan, Setiap saat perusahaan memang butuh bahan mentah secara stabil, Jumlah produksi dengan bahan mentah dan pemeliharaan di gudang. Sedangkan Reorder Point memiliki unsur safety stock, lead time dan pemakaian barang selama lead time. Untuk Forecasting dengan metode terbaik sepertinya metode Winter, sepertinya jika dimodelkan dalam bentuk grafik, maka hasil peramalan Winter selalu terlambat 1 periode.
Pembatasan Masalah
Bagaimana menentukan tingkat persediaan yang ekonomis bagi suatu aktifitas logistik ?
Pengertian Persediaan.
Persediaan merupakan bagian utama dari modal kerja merupakan aktiva yang pada setiap saat mengalami perubahan. Persediaan meliputi semua barang atau bahan yang diperlukan dalam proses produksi dan distribusi yang menunggu untuk diproses lebih lanjut atau dijual. Persediaan merupakan investasi yang penting pada kebanyakan perusahaan. Pada umumnya rata-rata perusahaan manufaktur memiliki besarnya persediaan ± 42% dari aktiva lancar atau ± 18% dari total aktiva.
Pada dasarnya persediaan meliputi 3 macam yang utama, adalah :
1) Persediaan bahan mentah (raw material inventory), barang yang dibeli oleh perusahaan untuk digunakan dalam pembuatan barang jadi.
2) Persediaan bahan setengah jadi (work in process inventory), semua barang yang ada dalam proses produksi.
3) Persediaan barang jadi (finish goods inventory), semua barang yang telah selesai diproduksi tetapi belum terjual.
Ketiga macam persediaan dalam satu periode akan mengalami perputaran yang berbeda-beda, dan tinggi rendahnya tingkat perputaran persediaan akan mempunyai pengaruh yang langsung terhadap besar kecilnya dana yang ditanamkan dalam persediaan tersebut.
Semakin tinggi tingkat perputarannya atau semakin cepat perputarannya berarti makin pendek tingkatnya dana dalam persediaan hingga dibutuhkan dana yang relatif kecil serta sebaliknya semakin rendah tingkat perputarannya atau sumakin lambat perputarannya berarti semakin panjang terikatnya dana dalam persediaan. Dalam hal ini juga akan berpengaruh pemenuhan dana berasal dari luar perusahaan yang harus menanggung biaya bunga, dan besarnya bunga akan ditentukan lama pendeknya pengembalian pinjamannya.
Penentuan Persediaan.
Untuk menghindari persediaan yang terlalu besar atau terlalu kecil, maka besamya persediaan dapat ditentukan lebih dahulu dengan cara metode sebagai berikut:
1) Mounthly Average (Rata-rata Bulanan).
Dalam hal ini diperhitungkan lebih dahulu rata-rata kebutuhan barangl produksi atau Lahan dasar setiap bulan dalam satu tahun. Kemudian besamya persediaan ditentukan kelipatan yang diinginkan oleh perusahaan dari besamya rata-rata kebutuhan setiap bulan.
2) Moving Monthly Average.
Dengan metode ini rata-rata kebutuhan per bulan diperhitungkan dari beberapa bulan sebelumnya dan beberapa bulan setelahnya dengan jumlah yang sama serta bulan yang bersangkutan. Besarnya persediaan adalah kelipatan yang diinginkan oleh perusahaan dari besarnya rata-rata kebutuhan setiap bulannya.
3) Penentuan Batas Minimum dan Maksimum Persediaan yang Lalu.
Dari persediaan waktu yang lalu, akan dapat diteliti untuk mencari besarnya persediaan yang terendah sebagai batas minimum dan besamya persediaan yang tertinggi sebagai batas maksimum, misalnya batas minimum 1.200 unit dan batas maksimum 2.000 unit.
4) Tingkat inventori persediaan.
Menghitung Tingkat perputaran persediaan barang jadi dan Tingkat perputaran persediaan bahan dasar.
Karakteristik Persediaan.
Berbagai sifat atau karakteristik dari persediaan akan menentukan pengaruh perubahan harga atas sebuah perusahaan tertentu. Sifat atau karakteristik tersebut antara lain :
1) Tingkat ketanggapan nharga jual terhadap perubahan harga pokok.
2) Bagian investasi relatif dalam persediaan.
3) Kemungkinan untuk melaksanakan investasi bedging.
4) Tingkat perputaran.
5) Laju inflasi.
Pengendalian Persediaan.
Setiap perusahaan perlu mengadakan persediaan untuk menjamin kelangsungan hidup usahanya. Untuk mengadakan persediaan, dibutuhkan sejumlah uang yang diinvestasikan dalam persediaan tersebut. Oleh karena itu, setiap perusahaan haruslah dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan optimum yang dapat menjamin kebutuhan bagi kelancaran kegiatan perusahaan dalam jumlah dan mutu yang tepat dengan biaya yang serendah-rendahnya.
Untuk mengatur tersedianya suatu tingkat persediaan yang optimum, maka diperlukan suatu sistem pengendalian persediaan. Salah satu cara adalah, jumlah persediaan dikalikan dengan variabel tertentu, merupakan cara yang sangat sederhana. Misalkan perusahaan menetapkan bahwa persediaan barang jadi rata-rata akan sebesar satu bulan penjualan. Dengan demikian apabila penjualan meningkat, rata-rata persediaan juga akan meningkat, demikian pula kalau menurun.
Cara lain misalnya mengaitkan kapan harus memesan kembali dan jumlah yang dipesan dihubungkan dengan kebutuhan selama periode tertentuAnalisis. Misalkan kebijaksanaan perusahaan adalah memesan bahan baku pada saat jumlah bahan tinggal mencapai dua minggu kebutuhan produksi, dan jumlah yang dipesan sebesar kebutuhan dua bulan produksi.
Economic order Quantity, adalah salah satu model yang paling sering dibicarakan, mendasarkan pada pemikiran yang sama dengan nodel persediaan pada pengelolaan kas. Pemikirannya adalah :
1. Kalau perusahaan memiliki rata-rata persediaan yang besar, untuk jumlah kebutuhan yang sama dalam suatu periode, berarti perusahaan tidak perlu melakukan pembelian terlalu sering. Jadi menghemat biaya pembelian (pemesanan).
2. Tetapi kalau perusahaan membeli dalam jumlah besar sehingga bisa menghemat biaya pembelian, perusahaan akan menanggung persediaan dalam jumlah yang besar pula. Berarti menanggung biaya simpan yang terlalu tinggi.
3. Karena itu perlu dicari jumlah yang akan membuat biaya persediaan terkecil. Biaya persediaan adalah biaya simpan plus biaya pembelian (pemesanan).
economical order quantity dan safety stock memang dapat dipergunakan untuk menentukan tingkat persediaan yang tepat sepanjang asumsi yang mendasari terpenuhi. Namun demikian masih diperlukan adanya sistem pengendalian persediaan. Sistem pengendalian persediaan dapat diterapkan mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.
Beberapa sistem pengendalian persediaan tersebut adalah berikut ini :
1. Sistem Komputerisasi.
Perkembangan teknologi komputer akhir-akhir ini telah mengubah sistem pengendalian persediaan. Banyak perusahaan besar memanfaatkan komputer dalam manajemen persediaan. Dengan komputerisasi, dimungkinkan pencatatan persediaan, pengurangan dan pengolahan data persediaan dilakukan dengan sangat cepat. Selain itu komputer dapat menyediakan data kapan harus dilakukan pesanan kembali. Di Indonesia kini telah banyak supermarket yang memanfaatkan komputer di kasir-kasir pembayaran (alat bantu scanner untuk men-scan barcode yang tertera disetiap produk yang dijual memungkinkan pencatatan transaksi dapat dilakukan dengan cepat).
Data yang disajikan mencakup pengurangan persediaan, penentuan harga pokok penjualan sampai dengan penyediaan margin atas produk yang dijual. Bahkan di negara maju telah banyak supermarket yang menghubungkan komputer mereka dengan supplier. Sehingga pihak supplier segera mengetahui tingkat persediaan dan kapan harus mengisi kembali. Dengan demikian supermarket tersebut dapat menekan tingkat persediaan pada tingkat yang sangat rendah sehingga perputaran persediaannya meningkat sangat tinggi. Coba perhatikan, andaikan setiap hari penjualan daging atau susu di suatu supermarket mencapai Rp. 1.000.000,- kemudian supermarket dapat menekan persediaan dari Rp. 200.000,- menjadi Rp. 20.000,- maka berapa peningkatan keuntungan dari menurunnya persediaan. Perputaran persediaan dengan demikian meningkat dari lima kali menjadi 50 kali. Jika margin yang diperoleh adalah dua puluh lima persen, maka betapa besar manfaat yang diperoleh dengan komputerisasi persediaan tersebut.
2. Sistem Just-in Time.
Metode just-in time sebenarnya telah dikembangkan oleh Jepang dan menjadi begitu populer diseluruh dunia. Pada prinsipnya, metode ini hanya mensinkronkan kecepatan bagian produksi dengan bagian pengiriman. Metode ini mula-mula dikembangkan oleh perusahaan mobil Toyota. Toyota mencoba untuk menekan persediaan yang harus dipertahankan dengan cara menyesuaikan kecepatan proses perakitan atau assembling dengan pengiriman bahan dari suppliernya. Sparepart diterima hanya beberapa jam atau bahkan beberapa menit sebelum sparepart tersebut diperlukan dalam perakitan. Dengan cara ini tentunya Toyota tidak perlu harus mempertahankan persediaan yang besar, tetapi ini diperlukan adanya koordinasi yang balk antara bagian perakitan dengan supplier balk menyangkut kuantitas, kualitas dan ketepatan spesifikasi lainnya.
Just-In time method ini tidak hanya dapat diterapkan di perusahaan besar tetapi dapat juga diterapkan oleh perusahaan kecil. Bahkan perusahaan kecil akan lebih mudah menerapkan just-In time method Ini karena relatif leblh mudah dalam redefine job function dibandingkan dengan perusahaan besar. Bagaimana prospek metode just-in time ini di Indonesia, tampaknya penerapan metode ini masih menghadapi beberapa kendala. Khususnya yang menyangkut masalah transportasi. Jika Input yang diperlukan dipenuhi dalam luar perusahaan maka masalah ketepatan pengiriman rupanya masih menjadi kendala terbesar. Ini disebabkan karena prasarana angkutan yang masih belum memadai, selain itu jaminan ketepatan baik kuantitas maupon kualitas input masih sangat memprihatinkan. Penerapan metode ini sangat memerlukan adanya komitmen bersama antara supplier dan perusahaan pemakai.
3. Out-Sourcing.
Alternatif lain dalam pengendalian persediaan ini adalah dengan cara membeli dari pihak luar. Dengan cara ini maka perusahaan tidak perlu harus memproduksi sendiri input yang diperlukan dalam proses produksi. Alternatif membeli dari luar dan dikombinasikan dengan just-in time method akan mampu menekan persediaan pada tingkat yang sangat rendah dan dengan demikian akan meningkatkan efisiensi dan profitabilitas perusahaan. Meskipun demikian ada alasan lain pembelian input dari luar yakni semata-mata karena mungkin alternatif ini lebih murah dibandingkan dengan memproduksi sendiri input yang diperlukan.
Modal-modal Tingkat persediaan yang Optimal.
Tingkat Persediaan.
Beberapa pendapat tentang tingkat persediaan:
1) Manajer keuangan ingin agar tingkat persediaan rendah, sehingga perusahaan tidak mengeluarkan uang untuk investasi dalam sumber daya yang berlebih.
2) Manajer penjualan ingin memiliki persediaan barang jadi dalam jumlah besar untuk menghindari kehilangan penjualan.
No comments:
Post a Comment