Manajemen Kas dan Piutang


Pengertian  Kas dan Piutang
 Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang paling likuid (paling lancar), yang bisa dipergunakansegera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan. Kas yang dibutuhkan perusahaan baik digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari (dalam bentukmodal kerja) maupun pembelian aktiva tetap, memiliki sifat kontinyu (untuk pembelian bahan baku, membayar upah dangaji, membayar supplies kantor habis pakai, dll) dan tidak kontinyu. (untuk pembayaran deviden, pajak, angsurang hutang, dsb).




Kas dapat diartikan sebagai nilai uang kontan yang dalam perusahaan beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan finansial, yang mempunyai sifat paling tinggi li­kuiditasnya.
Kas dapat berupa uang kontan yang disimpan di perusahaan, rekening­ rekening giro atau rekening lainnya yang dapat dicairkan pada saat dibutuhkan. Kas dalam kegiatan operasional diperlukan untuk:
a.             Membelanjai seluruh kegiatan operasional perusahaan sehari-hari.
b.             Mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap.
c.      Membayar dividen, pajak, bunga dan pembayaran lain-lain.
1.      Aliran Kas             
Proses aliran kas yang terjadi di perusahaan adalah terus-menerus sepanjang hidup perusahaan yang bersangkutan terdiri dari aliran kas masuk (cash flow) dan aliran kas keluar (cash outflow).
Aliran kas masuk terdiri dari
a.               Hasil penjualan produk/jasa perusahaan secara tunai.
b.               Penagihan piutang dari penjualan kredit.
c.                 Penjualan aktiva tetap yang ada.
d.        Penanaman investasi dari pemilik atau pemilik saham bila perseroan terbatas.
e.        Pinjaman/utang dari pihak lain.
f.         Penerimaan sewa dan pendapatan lain-lain.
Dan sejumlah aliran kas masuk tersebut mempunyai sifat terus-menerus sepanjang waktu dan aliran kas pada saat-saat tertentu saja (insidental). Faktor yang mempengaruhi penerimaan kas:
a.        Budget penjualan.
b.        Keadaan dan posisi pesaing.
c.        Syarat pembayaran tunai maupun kredit.
d.        Kebijaksanaan dalam penagihan piutang.
e.        Budget perubahan aktiva tetap.
f.         Rencana penerimaan nonoperating.
g.        Kebijaksanaan penjualan surat-surat berharga.
Sedangkan aliran kas keluar terdiri dari:
a.               Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya pabrik lain-lain (overhead).
b.               Pengeluaran biaya administrasi umum dan administrasi penjualan.
c.               Untuk pembelian aktiva tetap
d.               Pembayaran kembali utang-utang perusahaan.
e.               Pembayaran kembali investasi dari pemilik perusahaan.
f.                Pembayaran sewa, pajak, dividen, bunga dan pengeluaran lain-lain,
Sifat dari aliran kas keluar ini juga terus-menerus dan ada pula yang hanya saat-saat tertentu atau insidentil.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran kas.
a.        Budget biaya bahan baku.
b.        Budget biaya tenaga kerja langsung.
c.        Budget biaya pabrik lain-lain (overhead).
d.        Budget biaya administrasi umum dan administrasi penjualan.
e.        Budget penambahan aktiva tetap.
f.         Budget pengeluaran nonoperating.
2. Saldo Kas
Apabila aliran kas masuk (cash inflow) lebih besar dari aliran kas keluar (cash outflow) pada suatu saat tertentu maka akan terjadi saldo kas (pro‑ ceeds) dan sebaliknya bila aliran kas masuk lebih kecil dari aliran kas keluar pada suatu saat tertentu maka akan terjadi defisit kas (kekurangan kas). Jumlah besarnya saldo kas yang akan terjadi di dalam perusahaan akan sangat tergantung tiga motif di dalam pemahaman uang kas yaitu:
a.               Motif transaksi. Suatu perusahaan membutuhkan uang kas untuk membayar transaksi harian. Semakin meningkatnya luas usaha akan meningkatKan pula transaksi finansial, dan akan menuntut kenaikan uang kas yang dibutuhkan. Transaksi tersebut dapat berupa pem­bayaran utang dagang atau pembelian bahan, pembayaran upah/gaji, asuransi, tarif pemakaian listrik, pajak, dividen dan lain-lain.
b.               Motif spekulasi. Dalam motif ini, memegang uang dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan dari kenaikan harga baik harga barang ataupun harga atau nilai uang itu sendiri. Apabila harga-harga barang naik maka jelas memiliki uang. Di samping itu apabila tingkat bunga di bank tampak akan turun maka uang akan banyak dibelikan surat­ surat berharga atau mungkin dalam bentuk barang.
c.               Motif Jerjaga-jaga. Karena keadaan yang tidak pasti maka pengusaha akan selalu memperhitungkan ketidakpastian tersebut dan berjaga­jaga untuk menjamin likuiditas perusahaan apabila penerimaan kas tidak terjadi seperti yang direncanakan sebelumnya, maka harus dijaga agar terdapat safety cash balance (persediaan besi kas).
Model-Model Manajemen Kas
1. Model persediaan (boumol 1952), mengidentifikasikan kebutuhan kas dalam suatu persediaan mirip dengan pemakaian persediaan. Apabila perusahaan memiliki saldo kas yang tinggi, perusahaan mengalami kerugian dalambentuk kehilangan kesempatan untuk menginvestasikan dana tersebut pada kesempatan investasi lain yang lebih menguntungkan , sebliknya apabila saldo kas terlalu rendah , kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan likuiditas akan makin besar , karena itu seharusnya  ada penyeimbangan
Q= 2 (50.000)(1.200 juta) ½ = 31,623 juta
                  0,12
Biaya kehilangan kesempatan =31,623 juta/2 x 0,12=1,897 juta
Biaya transaksi = (12.000juta/31,623)x 50.000=1,897 juta
Total biaya =2 (1,897) rp. 3,794 juta
2.   MODEL Miller and Orr
            Jika kebutuhan kas tidak konstan? Dalam keadaan penggunaan dan pemasukan kas bersifat acak perusahaan perlu menetapkan batas atas dan batas bawah saldo kas (model miller dan orr).

Secara umum piutang adalah merupakan hak atas uang, barang dan jasa kepada orang lain. Senada dengan hal tersebut Bambang Subroto (1991:63) berpendapat bahwa : “Piutang adalah tagihan (klaim) kepada pihak lain atas uang, barang atau jasa yang untuk kepentingan Akuntansi”. Sedangkan Harngren dan Harison (1997:42) mengemukakan : “Piutang adalah Suatu aktiva yang timbul karena perusahaan menjual barangnya atau memberikan jasanya kepada para pelanggan dan menerima janji bahwa pelanggan akan memberikan sejumlah uang kepada perusahaan pada suatu waktu dimasa yang akan datang”. Dari pengertian tersebut, piutang mengandung makna, tagihan yang akan timbul atas penyerahan barang atau jasa dari perusahaan kepada pelanggan yang akan dilunasi dengan uang dimasa yang datang.
Piutang adalah merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit. Kebijakan penjualan kredit ini merupakan kebijakan yang biasa dilakukan dalam dunia bisnis untuk merangsang minat para langganan. Jadi kebijakan ini sengaja dilakukan untuk memperluas pasar dan memperbesar hasil penjualan. Tentu saja dengan kebijakan penjualan kredit ini akan menimbulkan risiko bagi perusahaan akan tidak dapat ditagihnya sebagian atau bahkan mungkin seluruh dari piutang tersebut. Oleh karena itu maka lalu memperhitungkan biaya atas risiko tidak dapat ditagihnya piutang tersebut dalam bentuk bad debt expense.
Kebijakan penjualan kredit dapat menimbulkan keuntungan-keuntungan dalam bentuk:
a.              Kenaikan hasil penjualan.
b.              Kenaikan laba. Hal ini adalah sebagai akibat dari kenaikan dalam hasil
penjualan akan dapat menimbulkan kenaikan pada laba perusahaan.
Memenangkan persaingan. Dalam dunia bisnis saat ini maka hampir semua perusahaan melaksanakan politik penjualan kredit ini. Oleh karena itu untuk menjaga posisi perusahaan di dalam persaingan maka haruslah dilakukan politik penjualan kredit tersebut, apabila tidak ingin merosot dalam posisi persaingan di pasar. Kebijakan penjualan kredit yang agresif akan dapat merangsang minat calon konsumen akan dimungkinkan untuk memakai dan menikmati kegunaan barang yang dibelinya tanpa hams mengeluarkan uang yang besar pada saat membeli; sehingga pembeli dapat menikmati sekarang juga dengan membayamya nanti di kemudian had.
Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1.             Volume Penjualan Kredit
Makin besar jumlah penjualan kredit dad keseluruhan penjualan akan memperbesar jumlah piutang dan sebaliknya makin kecil jumlah penjualan kredit dad keseluruhan piutang akan memperkecil jumlah piutang.
2.             Syarat Pembayaran Bagi Penjualan Kredit
Semakin panjang batas waktu pernbayaran kredit berarti semakin besar jumlah piutangnya dan sebaliknya semakin pendek batas waktu pemba­yaran kredit berarti semakin kecil besamya jumlah piutang.
3.             Ketentuan Tentang Batas Volume Penjualan Kredit
Apabila batas maksimal volume penjualan kredit ditetapkan dalam jumlah yang relatif besar maka besamya piutang juga semakin besar.
4.             Kebiasaan Membayar Para Pelanggan Kredit
Apabila kebiasaan membayar para pelanggan dari penjualan kredit mundur dad waktu yang dipersyaratkan maka besarnya jumlah piutang relatif besar.
5.               Kegiatan Penagihan Piutang dari Pihak Perusahaan
c.                              Apabila kegiatan penagihan piutang dari perusahaan bersifat aktif dan pelanggan melunasinya maka besarnya jumlah piutang relatif kecil, tetapi apabila kegiatan penagihan piutang bersifat pasif maka besarnya jumlah piutang relatif besar.


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kas
Faktor-faktor yang mempngaruhi besarnya kas minimal (safety cash balance) :
1.                Perimbangan antara aliran kas masuk dan aliran kas keluar jika ada perimbangan  antara cash outflow dan cashinflow (keseimbangan antara syarat pembelian dan syarat penjualan ) baik kuantitas maupun timing maka tidak perlu mempunyai persediaan besi kas yang besar.
2.                Penyeimbangan terhadap aliran kas yang diperkirakan hubungan yang baik dengan bank-bank



 Metode Cash Flow
Pengelolaan akuntansi keuangan dengan metoda cash flow (aliran kas) merupakan pendekatan pengelolaan keuangan yang praktikal dan sesuai untuk unit usaha kecil yang pola pengelolaan keuangannnya masih sederhana. Pengertian cash flow adalah aliran kas perusahaan yang secara riil diterima dan dikeluarkan oleh perusahaan untuk keperluan operasi, pendanaan, dan investasi. Aliran kas yang masuk ke perusahaan disebut dengan cash in flow, sedangkan aliran kas yang keluar dari perusahaan dinamai cash out flow. Aliran kas dapat dibedakan menjadi 3 jenis :
1.                      Operational Cash Flow (Aliran Kas Operasional)
Aliran Kas Operasional meliputi penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan secara riil yang berkaitan dengan kegiatan operasi. Operational Cash In Flow (OCIF) meliputi penerimaan hasil penjualan tunai, hasil pengumpulan piutang,dan penerimaan laba perusahaan. Sedangkan Operational Cash Out Flow (OCOF) meliputi biaya-biaya produksi dan biaya-biaya operasi perusahaan. Biaya produksi terdiri atas pembelian bahan baku dan bahan penolong, biaya upah pekerja langsung, dan biaya overhead pabrik (biaya produksi tak langsung); termasuk pembayaran hutang kepada pemasok bahan. Biaya operasi meliputi biaya administrasi dan umum, seperti biaya gaji pimpinan dan karyawan, biaya rekening listrik, telepon, air (PAM), biaya pemasaran, serta biaya pajak.
2.                      Financial Cash Flow (Aliran Kas Pendanaan)
Aliran Kas Pendanaan meliputi penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan pendanaan. Financial Cash In Flow (FCIF), meliputi penerimaan modal, baik dari sumber modal sendiri maupun dari sumber modal asing berupa pinjaman atau kredit bank. Sedangkan Financial Cash Out Flow (FCOF) meliputi biaya-biaya yang timbul karena adanya tambahan modal. Biaya modal tersebut dapat berupa pembagian keuntungan kepada para pemilik modal sendiri (dividen atas saham), dan berupa biaya bunga yang harus dibayarkan kepada bank atas kredit yang kita terima.
Metoda pencatatan Aliran Kas Pendanaan ini pada dasarnya sama saja dengan metoda pencatatan pada Aliran Kas Operasional. Namun mengingat bahwa aliran kas pendanaan ini bersifat periodik (tidak setiap hari terjadi transaksi), pencatatannya dalam perioda bulanan atau bahkan tahunan, bukan harian.
3.                      Investment Cash Flow (Aliran Kas Investasi)
Aliran Kas Pendanaan meliputi penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan Investasi. Investment Cash In Flow (ICIF), meliputi penerimaan yang berasal dari aktivitas investasi perusahaan pada aktiva tetap dan investasi pada surat-surat berharga, seperti penerimaan berupa dividen atas saham, bunga (kupon) atas obligasi, dan capital gain atas penjualan aktiva tetap dan penjualan saham. Sedangkan Investment Cash Out Flow (OCOF) meliputi sejumlah dana yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membeli aktiva tetap dan surat-surat berharga, seperti saham dan obligasi.
Metoda pencatatan Aliran Kas Pendanaan ini pada dasarnya sama saja dengan metoda pencatatan pada Aliran Kas Operasional dan Aliran Kas Pendanaan. Mengingat bahwa transaksi investasi ini tidak dilakukan oleh perusahaan secara harian, maka perioda penca-tatannya adalah bulanan dan tahunan.
Setelah anda melakukan pencatatan aliran kas perusahaan secara bulanan kemudian catatan-catatan tersebut dikompilasi menjadi catatan aliran kas tahunan, berbentuk Cash Flow Statement perusahaan (sederhana). Masing-masing laporan aliran kas tersebut diklasi-fikasi sesuai dengan fungsinya menjadi Laporan Aliran Kas Operasional, Laporan Aliran Kas Pen-danaan, dan Laporan Aliran Kas Investasi. Laporan Aliran Kas sederhana semacam ini lebih tepat digunakan pada pencatatan keuangan usaha kecil.
Mengingat bahwa metoda ini, sesuai dengan namanya Metoda Cash Flow (arus kas tunai), maka metoda ini memiliki kelebihan dalam hal kejelasan jumlah penerimaan dan pengeluaran antara yang terdapat di catatan dan keadaan nyatanya (jumlah uang tunai sesungguhnya). Namun demikian, metoda ini juga memiliki  kelemahan.
Kelemahan metoda ini adalah hanyalah pada tidak tersedianya catatan mengenai transaksi hutang dan piutang. Pemecahannya adalah dengan menyediakan catatan khusus mengenai transaksi yang yang bersifat kredit, baik pembelian secara kredit maupun penjualan secara kredit. Catatan ini kita namakan Catatan Pembantu: Piutang dan Hutang


Pengelolaan Kas yang Efisien
Aktivitas adalah kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu (Setiawan, 2005: 19).
Menurut Tunggal, Amin Wijaya (1996:6) Aktivitas adalah suatu langkah dalam proses produksi yang memperhatikan untuk menyelesaikan suatu proses. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan  bahwa aktivitas adalah kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam proses produksi suatu periode tertentu. Aktivitas menggambarkan apa yang koperasi lakukan, cara waktu digunakan, proses dan keluaran.
Manajemen kas atau pengelolaan kas merupakan salah satu fungsi manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan kas, manajemen kas dapat dianggap sebagai suatu fungsi keuangan yang mendasar dalam kebanyakan perusahaan karena kas rnempunyai kedudukan sentral dalam usaha maupun bagi keperluan yang menunjang pelaksanaan opetrasi perusahaan.

Kebijakan Kredit
Kebijakan kredit sebuah perusahaan terdiri dari :
a.             Termin penjualan
b.             Analisis kredit
c.              Kebijakan penagihan



Kebijakan Kredit Optimal
a.      Kredit penjualan akan lebih mungkin diberikan jika:
1.      Perusahaan penjual memiliki cost advantage lebih daripada yang lain.
2.      Perusahaan penjual dapat menciptakan diskriminasi harga.
3.      Perusahaan penjual dapat memperoleh perlakuan pajak yang menguntungkan.
4.      Perusahaan penjual tidak memiliki reputasi mengenai kualitas produk dan jasanya.
5.      Perusahaan penjual melihat adanya hubungan strategis jangka panjang.
b.      Kebijakan kredit yang optima tergantung pada karakteristik perusahaan tertentu.
                                                                                                                 
Standar Kredit
Periode kredit
a.      Periode kredit bervariasi untuk tiap industri.
b.      Biasanya sebuah perusahan harus mempertimbangkan tiga faktor dalam menentukan periode kredit :
               Probabilitas konsumen tidak akan membayar.
               Besarnya kredit.
               Perluasan di mana barang tidak tahan lama.
c.       Memperpanjang periode kredit biasanya meningkatkan penjualan.

Credit instrument :
a.      Sebagian besar kredit ditawarkan pada open account—invoice adalah satu-satunya instrumen kredit.
b.      Promissory notes adalah pernyataan berhutang yang ditandatangani setelah dikirimkan barang
c.       Commercial drafts meminta pelanggan untuk membayar sejumlah tertentu pada tanggal tertentu. Draft dikirim ke bank pelanggan, ketika pelanggan menandatangani draft, barang dikirim.
d.      Banker’s acceptances memperbolehkan bank untuk menggantikan creditworthiness untuk pelanggan untuk sejumlah biaya.
e.      Conditional sales contracts membuat penjual bisa menahan kepemilikan secara legal dari sebuah barang sampai pelanggan menyelesaikan pembayaran.

Analisis Kredit
                    Sebelum memberikan suatu kredit, bank memiliki berbagai analisis untuk menentukan apakah layak atau tidaknya seseorang/perusahaan mendapatkan kredit.
Berikut beberapa persiapan analisis bank:
1. Bank melihat kepada siapa kredit diberikan
2. Untuk tujuan apa kredit yang diberikan
3. Melihat mampu tidaknya si peminjam kredit dalam membayar kredit
4. Berapa jumlah kredit limit yang diberikan dengan memperhatikan resiko yang ada
Ada pula pemahaman analisis kredit dengan beberapa pendekatan sebagai berikut :
1. Pendekatan jaminan
2. Pendekatan karakter
3. Pendekatan pelunasan
4. Pendekatan kelayakan usaha
5. Pendekatan pemberian kredit sebagai agen pembangunan
Cakupan analisis paling tidak mencakup 5c yaitu :
1. Character
2. Capacity
3. Capital
4. Collateral
5. Condition of economy
prinsip 7P dan prinsip 3R; yaitu:
1. Personality
Bank mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti riwayat hidupnya (kelahiran, pendidikan, pengalaman, usaha/pekerjaan, dan sebagainya), hobi, keadaan keluarga (istri, anak), social standing (pergaulan dalam masyarakat serta bagaimana pendapat masyarakat tentang diri si peminjam), serta hal-hal lain yang erat hubungannya dengan kepribadian si peminjam.
2. Purpose
Mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit. Apakah akan digunakannya untuk berdagang, atau untuk membeli rumah atauuntuk tujuan lainnya. Selain itu apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai dengan line of business kredit yang bersangkutan. Misalnya, tujuan atau keperluan kredit untuk perkapalan sedangkan line of business bank dalam bidang pertanian.
3. Prospect
Yang dimaksud dengan prospect adalah harapan masa depan dari bidang usaha atau kegiatan usaha si peminjam. ini dapat diketahui dari perkembangan usaha peminjam selama beberapa bulan/tahun, perkembangan keadaan ekonomi perdagangan, keaadaan ekonomi/perdagangan sektor usaha si peminjam, kekuatan keuangan perusahaan yang dibuat dari earning power (kekuatan pendapatan/keuntungan) masa lalu dan perkiraan masa mendatang.
4. Payment
Mengetahui bagaimana perkiraan pembayaran kembali pinjaman yang akan diberikan. Hal ini dapat diperoleh dari perhitungan tentang prospek, kelancaran penjualan dan pendapatan sehingga dapat diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau dari waktu serta jumlah pengambilannya.
5. Profitability
Menilai berapa tingkat keuntungan yang akan diraih calon debitur, bagaimana polanya, apakah makin lama makin besar atau sebaliknya.
6. protection
Menilai bagaimana calon debitur melindungi usaha dan mendapatkan perlindungan usaha. Apakah dalam bentuk jaminan barang, orang atau asuransi.
7. Parti
Bertujuan mengklasifikasi calon debitur berdasarkan modal, loyalitas, dan karakternya. Pengklasifikasian ini akan menentukan perlakuan bank dalam hal pemberian fasilitas.
Tujuh unsur dalam konsep 7P sebenarnya mempunyai kesamaan dengan lima unsur dalam 5C. Misalnya unsur kepribadian memiliki kesamaan dengan unsur karakter. Sedangkan unsur tujuan, prospek, dan pembayaran dapat memperjelas unsur kapasitas dalam konsep 5C. Unsur perlindungan dalam 7P mungkin dapat disamakan dengan kollateral dalam konsep 5C.
Prinsip 3R
Tiga komponen dalam prinsip 3R adalah:
1. Tingkat pengembalian usaha (return)
2. Kemampuan membayar kembali (repayment)
3. Kemampuan menanggung resiko (risk bearing ability)
Unsur-unsur yang dibahas dalam konsep 3R sebenarnya telah dibahas dalam analisis aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam pemberian kredit. Hanya saja konsep 3R memberi penekanan kepada aspek finansial dari analisis kredit.

No comments:

Post a Comment

Joint this blog!

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...